Banyak yang sadar ke depan trend yang berkibar adalah informasi digital. Tapi walaupun banyak yang sadar, banyak juga yang latah mengeksekusinya. Lalu bagaimana membangun media online? Pertanyaan yang tidak punya jawaban pasti. Hanya ada beberapa petunjuk – petunjuk atau mungkin boleh saya bilang selentingan pendapat dari sana sini. Kalau dari saya ini:

Content is the king ?

Membangun media online itu bukan berarti punya konten dengan kualitas dan kuantitas tinggi lalu memasangnya di internet. Jauh lebih dari situ. Ibaratnya kalau mau bikin restoran gudeg, punya resep gudeg yang super, lalu dapat investor bukan berarti restoran itu pasti sukses.

User Behaviour
Sangat perlu diingat, perilaku membaca di online dan offline itu berbeda. Sangat berbeda. Jadi penyajian konten di online pun harus punya strategi yang pas, yang sesuai dengan konten yang ingin disampaikan, dan siapa target pengunjung yang dituju. Kadangkala sebuah situs terlalu agresif, dengan tampilan halaman depan yang seolah – olah ingin berkata : “Kami punya konten ini lho.. Ini juga, tentang ini juga, oh iya yang ini juga, bahkan tentang ini.., dst..”. Sehingga yang tampak justru masing – masing konten bersaing satu sama lain agar mendapat perhatian.

Statistic
Memiliki konten online, dengan pengunjung bulanan sejumlah XXXX, bukan berarti situs itu layak dipasangi iklan dengan harga mahal. Darimana pengunjung situs itu? Pengunjung itu membuka situs anda karena memang ingin, atau hanya karena nyasar dari Google? Link dari situs lain kah? Setelah itu, berapa lama dia berada di situs anda? Di bagian mana? Kenapa? Pengunjung situs itu ngapain aja di situs anda? dst..

Visitors
Mengenali target pengunjung situs itu wajib dilakukan. Karena beda target, beda pendekatan, beda pula strategi maupun eksekusinya.

Marketing
Berjualan iklan di media online pun tidak mudah. Selain harus memahami faktor di atas, si penjual iklan harus juga bisa membawa calon pengiklan dalam pola pikir online. Berhubung pihak pengiklan bisa dikatakan raja, maka si penjual iklan pun seringkali tidak bisa memaksa membawa pemikiran mereka ke ranah online. Tapi yang paling parah adalah, kadang si penjual iklan itu sendiri tidak mengerti dunia online..!

Technology
Demi mengejar target agar bisa cepat online, seringkali keputusan penggunaan teknologi dilakukan dengan gegabah. Misal, memutuskan menggunakan sebuah framework MVC dengan bahasa program yang sama sekali baru bagi programmernya. Memutuskan menyerahkan pembuatan web pada pihak luar yang ternyata juga *hanya* menggunakan CMS jadi dengan sedikit sentuhan pada template. Sistem tambal sulam. Kadangkala, si pengambil kebijakan teknologi terkait itu pun memang tidak begitu memahami dunia online. Perancangan, penerapan, dan eksekusi pengembangan sistem dilakukan tanpa mengetahui bagaimana trend dunia online sesungguhnya. Sehingga ketika hal tersebut disadari, seringkali sudah terlambat.

Make Money
Ujung – ujungnya tentu kesini. Model bisnis banyak yang bisa diterapkan sebenarnya. Mereka yang berada di belakang berbagai situs tentu juga punya banyak ide model bisnis yang menarik. Tapi mungkin mereka yang disasar sebagai client masih belum bisa menerima model bisnis ini (khususnya di Indonesia). Jalan yang umum dipakai tentu saja iklan banner. Hingga kadangkala banner inilah yang mengganggu fungsionalitas dari website itu sendiri.

Culture
Nah ini yang menarik. Kultur yang dimaksud disini adalah pola kerja semua elemen di dalamnya. Media online tidak lepas dari dunia internet. Dunia yang sangat cepat berubah. Karena itu, mau tidak mau, elemen yang bergerak di belakang situs itu pun harus bisa cepat beradaptasi terhadap setiap perubahan. Kadangkala prosedur yang bertele – tele (dari sudut pandang online) membuat website tersebut lamban. Kadang juga mereka yang merasa lebih tahu urusan konten tidak luwes bekerjasama dengan mereka yang berada di belakang teknologi.
Mungkin di lain waktu, mereka yang merasa lebih tahu desain, tidak tanggap terhadap keinginan mereka yang mengurusi konten. Padahal pada dasaranya, mereka yang mengurusi konten belum tentu fasih dengan dunia online. Mereka yang mengurusi teknologi juga tidak mengerti betul konten seperti apa yang ingin dihadirkan. Tapi yang jelas mereka sebenarnya sejajar. Seperti rel dan kereta api. Tanpa rel, kereta api mungkin bisa jalan.., tapi menuju kematian. Sementara tanpa kereta api, rel hanya akan jadi logam hiasan di atas tanah.


Data statistik AC Nielsen 2007

- APJI Pengguna internet tumbuh 35 juta
  • Pengakses internet terbesar social network, email, news, game, search dan e-bisnis
  • Pengakses terbesar dari kantor (tempat kerja), warnet, hotspot, rumah, mobile dan tempat pendidikan.
  • Waktu berkunjung jam kerja
  • Usia terbesar usia 25-35
  • Spend time 2-4 jam
  • Pengguna internet tumbuh 35 juta
  • Tarif semakin murah
  • Jaringan global
  • Teknologi mampu menampilkan semua jenis berita
  • Iklan media online tumbuh
  • Akses mobile

Kekuatan media
  • Media cetak disajikan mendalam, koprehensif
  • Televisi menggunakan gambar baru trks
  • Radio mengutanakan suara ( audio)
  • Media online ruang atau aktu tidak terbatas, penyajian nisa berbentuk teks,foto, audio, maupun info grafik, interaktif/ forum/ social network.

New media
  • Era baru jurnalisme
  • Menyajikan semua jenis informasi
  • Convergent Journalism jadi trens
  • Proses produksi cross media
  • Jurnalis Multi Skill - Reporter bisa laporkan foto, video, radio, tulis.

KEBIJAKAN REDAKSIONAL
  • Portal menyajikan berita-berita yang singkat untuk menarik pengunjung/visitor dengan bahasa yang ringkas, lugas serta mudah dipahami.
  • Judul-judul berita portal sifatnya to the point, tidak kaku atau formal seperti berita di media cetak.
  • Berita portal harus disajikan dengan cepat, dan akurat (maksimal 4 alinea atau 1.000 karakter).
  • Wartawan portal tidak boleh membuat berita dengan narasumber yang tidak jelas identitasnya dan sulit dipertanggungjawabkan kebenarannya.
  • Wartawan portal dilarang membuat berita berdasarkan wawancara imajiner.
  • Wartawan portal harus mengutamakan narasumber yang kompeten dengan isi berita.
  • Berita harus mengedepankan prinsip cover both side dengan tetap mengutamakan unsur kecepatan.
  • Berita portal tidak berisi serangan atau cercaan kepada pihak lain tanpa data dan fakta serta narasumber yang kompeten.
  • Berita portal harus menghindari isu-isu yang berbau SARA (suku, agama, ras).
  • Berita dari wartawan harus melalui proses editing oleh redaktur sebelum di up load.
  • Portal menyajikan berita dengan komposisi news, sport maupun lifestyle dengan porsi yang seimbang.
  • Berita portal disajikan secara lengkap dan sejelas mungkin. Bila perlu dengan banyak reportase dan data/riset tambahan.
  • Berita portal disajikan dengan cara yang paling efektif. Bila perlu disertai dengan elemen komunikasi lain seperti gambar, table, grafik dan lainnya.
  • Guna menjaga independensi dan profesionalitas, reporter dilarang menerima bingkisan/uang (amplop) dari narasumber. Suvernir diperbolehkan dengan batas maksimal Rp 150 ribu. Jika lebih dari itu harus dikembalikan ke narasumber.

Prinsip pokok penyajian media

  • Setiap berita disajikan lengkap 5W+1H (What/apa, When/kapan, Who/siapa, Where/dimana, Why/kenapa, How/bagaimana)
  • Obyek berita disorot dari berbagai sudut pandang (angle) tertentu yang tajam, sesuai ideologi medianya. Habisin semua angle.
  • Berita harus imbang (balance). Semua pihak yang tersangkut berita diminta pendapatnya. Pemuatan berita bisa ditunda beberapa saat untuk mendapatkan konfirmasi (tapi jangan kelamaan).
  • Judul berita to the point, lentur (tidak kaku), dan menghentak.
  • Penulisan berita tidak baku piramida terbalik. Bisa jadi linear. Informasi dari atas sampai bawah penting semua.
  • Penulisan harus lugas, jelas, tidak bertele-tele, pakai gaya bertutur.
  • Jangan mengubah kutipan (pernyataan orang harus persis). Kutipan dipilih yang khas atau unik. Hindari pendapat pribadi.
  • Lead berita harus bisa menunjukkan arti penting berita yang disajikan.
  • Libatkan emosi pembaca untuk menambah greget.
  • Laporan yang bersifat deskripsi harus disampaikan secara detil, tapi tidak mengada-ada (ex: feature atau peristiwa).
  • Bahasa padat dan seringkas mungkin. Hindari bahasa slogan dan klise.
  • Perhitungkan segi keamanan (jurnalis rentan somasi dll).


Disusun oleh: Eren - 915070083
Labels: , | edit post
0 Responses

Post a Comment